Latar Belakang Filsastra
Mengapa Filsastra Dibentuk? Apa yang Melatarbelakanginya?
Humans get into the habit of living before acquiring the habit of thinking.
Kutipan di atas datang dari filsuf eksistensialisme-absurdisme asal Prancis, Albert Camus. Kalimatnya dapat dimaknai bahwa “Manusia terlalu terbiasa hidup, tetapi hanya sedikit yang terbiasa berpikir". Saya sangat setuju dengan kata-kata ini. Bahkan menurut saya, sangat sedikit juga yang tahu cara untuk berpikir.
Maka dari itu, saya membuat Filsastra sebagai upaya untuk memutus pola ini dengan mempromosikan pentingnya berpikir reflektif. Ruang ini didirikan atas dasar keyakinan bahwa kita harus mampu menjadi lebih dari sekadar ‘existence’ atau keberadaan; kita lebih banyak membutuhkan refleksi dan pemikiran. Seperti yang diucapkan Descrates, "Cogito Ergo Sum", aku berpikir maka aku ada.
Aut inveniam viam aut faciam, I shall either find a way or make one.
Kutipan di atas dapat dimaknai bahwa “Antara saya menemukan jalan, atau saya buat jalan sendiri”. Saya pribadi mengalami kesulitan menemukan komunitas atau ruang yang sesuai dengan passion saya di bidang filsafat dan sastra di Indonesia, maka dari itu saya terdorong untuk menciptakan platform ini sendiri.
Filsafat dan sastra juga sering kali dianggap sebelah mata, padahal kedua bidang ini memiliki kekuatan yang luar biasa dalam membentuk cara berpikir kritis dan memahami dunia. Melalui filsastra.com, saya ingin meningkatkan kesadaran akan pentingnya kedua bidang ini dan mendorong lebih banyak orang (terutama kaum muda) untuk lebih menghargai pemikiran kritis dalam kehidupan sehari-hari.
Why are we here? What do we aim for?
Visi dan Misi
Mendalami filsafat dan sastra untuk menjadi ‘manusia yang profesional’
Visi
Menumbuhkan budaya berpikir reflektif dan analitis di kalangan muda Indonesia melalui eksplorasi filsafat dan sastra, menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan bertujuan.