Filsafat Socrates: “Aku Tahu Bahwa Aku Tidak Tahu”

<p>
  <img src="ilustrasi socrates.webp" alt="Ilustrasi Socrates">
</p>
Ilustrasi Socrates

Socrates merupakan salah satu filsuf Yunani kuno paling terkenal yang telah meninggalkan jejak yang mendalam pada pemikiran manusia. Salah satu fondasi filsafat Socrates yang paling terkenal adalah bahwa kesadaran akan ketidaktahuan adalah langkah utama menuju kebijaksanaan. 

Namun, sebenarnya, sosok Socrates dapat dikatakan sebagai martir filsafat. Kenapa saya sebut demikian? Karena ia dihukum mati di Athena pada tahun 399 SM dengan anggapan ‘merusak pikiran kaum muda’.

Dikarenakan hal tersebut, Socrates tidak pernah menulis apa pun. Kita kebanyakan mengetahui pemikiran dan ajarannya hanya melalui tulisan-tulisan orang-orang yang hidup di zaman tersebut, terkhusus pada muridnya Plato.

Tapi, tidak dapat dipungkiri juga bahwa beragam tulisan tentang Socrates karya Plato terhitung sebagai karya paling berpengaruh dalam sejarah ilmu filsafat. Pada karya-karya tersebut, Socrates terlibat dalam beragam diskusi dan topik, mulai dari keadilan dan kebajikan hingga seni dan politik. 

Namun, inti dari pemikiran Socrates sebenarnya adalah tentang pengetahuan— melalui paradoks Sokratik (Socratic Paradox): 

“I know that I know nothing”

(Aku tahu bahwa aku tidak mengetahui apapun)

Ditambah lagi, apa yang terkenal sering diungkapkan Socrates:

“True wisdom comes to each of us when we realize how little we understand about life, ourselves, and the world around us.”

(Kebijaksanaan sejati datang saat kita sadar betapa sedikitnya yang kita pahami tentang kehidupan, diri kita, dan dunia di sekitar kita)

Jadi, mulai bisa dipahami bahwa filsafat Socrates mengajak kita untuk mempertanyakan segala sesuatu dan tidak menerima kebenaran begitu saja. Ajarannya, pun, menekankan pentingnya refleksi kritis dalam pencarian pengetahuan. Ayo kita coba mengeksplorasi makna dari paradoks Sokratik lebih dalam pada artikel ini!

Siapa itu Socrates?

<p>
  <img src="ilustrasi ajaran socrates.webp" alt="Ilustrasi Ajaran Socrates">
</p>
Ilustrasi Ajaran Socrates

Socrates adalah seorang filsuf Yunani kuno yang hidup sekitar abad ke-5 SM. Hingga saat ini, ia dianggap sebagai salah satu tokoh bijaksana paling berpengaruh dalam sejarah filsafat Barat. Meskipun tidak meninggalkan karya tulis murni dari dirinya sendiri, pemikiran dan ajaran filsafat Socrates sangat terkenal dan diabadikan oleh muridnya, yakni Plato.

Melansir dari buku ‘Apology’ karya Plato, dikatakan bahwa pada masa hidup Socrates, Orakel Delphi (atau sering disebut Pythia), selalu menyatakan bahwa Socrates adalah orang paling bijak di antara semua orang pada masa itu. 

Pythia sendiri merupakan peramal di Kuil Apollo di Delphi. Pythia dipercaya memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan-pesan dari dewa Apollo. Orang-orang dari seluruh penjuru Yunani datang ke Delphi untuk meminta nasihat atau ramalan dari Pythia. 

Namun, ketika Pythia mengatakan bahwa ia adalah orang yang paling bijaksana, Socrates justru menolak klaim itu. Ia bersikeras membuktikan bahwa Pythia salah dengan memulai pencarian untuk menemukan seseorang yang lebih bijak dari dirinya.

Socrates kemudian mendekati orang-orang hebat di Athena yang dianggap bijak pada saat itu— mulai dari negarawan, penyair, guru besar, dan lain-lain. Ia berbincang dengan orang-orang ini sambil merangsang pemikiran kritis mereka. 

Namun, Socrates justru menyimpulkan bahwa, pada kenyataannya, tidak seorang pun benar-benar tahu apa pun tentang apa pun yang mereka klaim ketahui— baik itu tentang seni, etika, politik, keadilan, diri sendiri, atau hakikat sejati dunia di sekitar kita. 

Nobody really knew anything about anything they claimed to know!

Dengan demikian, Socrates sadar bahwa Pythia mungkin benar dalam menilai bahwa ia adalah orang paling bijak pada saat itu. Ia mengatakan,

“For my part, I reasoned with regard to myself: I am wiser than this human being. For probably neither of us knows anything noble and good, but he supposes he knows something when he does not know, while I, just as I do not know, do not even suppose that I do. I am likely to be a little bit wiser than he in this very thing: that whatever I do not know, I do not even suppose I know.⁣”

Dalam kata-kata yang lebih mudah dicerna, pada dasarnya Socrates percaya bahwa dirinya lebih bijak daripada orang-orang yang ia ajak bicara karena, tidak seperti mereka, ia mengakui ketidaktahuannya. Pemikiran ini kemudian dikenal sebagai Socratic Paradox atau Paradoks Sokratik “Aku Tahu Bahwa Aku Tidak Tahu” yang akan kita dalami pada bagian selanjutnya.

Filsafat Socrates: Apa itu Paradoks Sokratik?

<p>
  <img src="paradoks sokratik.webp" alt="Paradoks Sokratik">
</p>
Paradoks Sokratik

Sejauh ini, sebenarnya saya sudah menyebutkan intisari dari paradoks Sokratik ini cukup berulang kali, yakni sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa: I know that I know nothing. Aku tahu bahwa aku tidak tahu apa-apa.

Namun, apa maksudnya dalam ‘pengemasan’ yang lebih mudah dimengerti? Well, pada dasarnya, paradoks ini menyatakan sebuah pengakuan akan ketidaktahuan. Socrates mengakui bahwa ia tidak memiliki semua jawaban atas segala pertanyaan. Ia menyadari keterbatasan pengetahuan manusia.

Socrates berpendapat bahwa orang yang paling bijaksana adalah orang yang menyadari ketidaktahuannya. Ia juga menantang orang-orang di sekitarnya untuk memikirkan kembali keyakinan mereka dan memahami betapa sedikit yang sesungguhnya mereka ketahui?

Pernyataan ini bukan hanya tentang meragukan apa yang ada, tetapi juga tentang membuka pikiran untuk kemungkinan baru dan pemahaman yang lebih luas. Dengan kata lain, semakin kita tahu bahwa ada banyak hal yang belum kita ketahui, semakin kita terbuka untuk belajar dan mencari kebenaran.

Paradoks Sokratik menjadi salah satu dasar penting dalam eksistensi filsafat Barat. Ungkapan ini mendorong kita untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu dan tidak menerima begitu saja apa yang kita yakini.

Paradoks Sokratik juga mengajarkan kita untuk bersikap rendah hati dan mengakui bahwa kita tidak mengetahui segalanya; dan dengan mengakui ketidaktahuan tersebut, kita akan lebih termotivasi untuk terus belajar dan mencari pengetahuan baru.

Relevansi Ajaran Filsafat Socrates di Masa Kini

<p>
  <img src="lukisan the death of socrates.webp" alt="Lukisan The Death of Socrates">
</p>
Lukisan “The Death of Socrates” oleh Jacques-Louis David

Meskipun Socrates hidup ribuan tahun lalu, ajaran-ajarannya tetap relevan dan sangat berharga bagi kita saat ini. Ajaran filsafatnya yang berfokus pada pencarian kebenaran, introspeksi diri, dan dialog yang kritis masih sangat relevan dalam menghadapi kompleksitas dunia modern dan akan selalu relevan di masa mendatang. 

Misalnya ketika akan membentuk sebuah opini, dengan mengetahui dan memaknai Paradoks Sokratik, secara alami kita akan berpikir lebih kritis dan menganalisis berbagai sudut pandang sebelum berbicara. Ajaran Socrates mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam pemikiran yang sempit dan selalu terbuka terhadap perspektif yang berbeda.

Ajaran Socrates tentang kebijaksanaan melalui Paradoks Sokratik kendatinya merupakan sebuah nilai universal yang tidak lekang oleh waktu. Dalam dunia yang kompleks (dan akan terus menerus semakin kompleks), nilai dan pemaknaan konsep filsafat menjadi semakin penting sebagai pedoman hidup.

Philosophy is never outdated, on the contrary, philosophy is timeless.

Kesimpulan

Pada akhirnya, warisan Socrates dalam ilmu filsafat tidak dapat dipandang sebelah mata. Harus diakui bahwa ajarannya tetap relevan hingga kini, dan akan tetap relevan di masa nanti. Konsep kesadaran akan ketidaktahuan melalui Paradoks Sokratik pun mendorong kita untuk terus belajar dan mencari pengetahuan dengan sikap terbuka serta rendah hati.

Dengan kemampuan untuk mengetahui, memaknai, dan mengerti konsep-konsep filsafat layaknya Paradoks Sokratik, banyak generasi akan terus terdorong dan tidak pernah berhenti bertanya dan berlatih berpikir kritis. Mendekatkan diri dengan filsafat sesungguhnya mengajarkan kita bahwa pencarian menuju kebijaksanaan bukanlah sebuah tujuan akhir, melainkan sebuah proses yang tiada titik henti.

Akan menguntungkan jika kita terus eksplorasi tentang filsafat dalam kehidupan ini. Kalau kamu tertarik untuk mendalami lebih jauh tentang Socrates dan filsafat lainnya, jangan ragu untuk terlibat dengan Filsastra. Bersama-sama, kita akan membangun budaya berpikir kritis dan reflektif di kalangan generasi muda. Keep reading, keep thinking, keep understanding!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top