Sapere Aude, Keberanian Berpikir Menurut Immanuel Kant

<p>
  <img fetchpriority=

Banyak sekali dari kita yang terbiasa menerima begitu saja apa yang dikatakan atau diikuti orang lain. Tanpa bertanya, tanpa meragukan, tanpa berpikir ulang. Entah itu dari tradisi, aturan sosial, sebuah keputusan, atau bahkan informasi sepele yang beredar di sekitar kita. Secara pribadi, saya selalu tidak menyukai tendensi seperti ini. Maka dari itu, ketika saya menemukan frasa ‘Sapere Aude’, saya langsung tertarik.

Sapere Aude singkatnya merupakan seruan yang terkenal setelah digaungkan oleh filsuf asal Jerman yakni Immanuel Kant dalam pemikirannya tentang pencerahan. Secara garis besar, Kant mengajak manusia untuk berani mengetahui, berani menjadi bijaksana, dan berani melangkah keluar dari ketergantungan intelektual. Tapi, apa arti Sapere Aude yang sesungguhnya? Dan mengapa konsep ini begitu relevan dan tak lekang oleh waktu? Well, let’s dig deeper.

Apa itu Sapere Aude? Makna dan Asal-Usulnya 

<p>
  <img decoding=

Sapere Aude adalah frasa Bahasa Latin yang secara harfiah berarti “beranilah berpikir sendiri”, “berani untuk mengetahui”, atau “berani untuk menjadi bijak”. Secara historis, frasa ini pertama kali digunakan oleh penyair Romawi Horatius dalam karyanya Epistles (20 SM). Namun, Sapere Aude menjadi lebih terkenal di Abad Pencerahan (Age of Enlightenment) setelah Immanuel Kant menggunakannya dalam esai Answering the Question: What Is Enlightenment? (1784). 

Kant menekankan bahwa Sapere Aude adalah semboyan utama dalam Abad Pencerahan. Ia mendorong manusia agar tidak takut untuk berpikir secara mandiri dan menggunakan akal sehat mereka sendiri, tanpa terlalu bergantung pada orang lain atau otoritas tradisional. Menurut Kant, manusia harus lebih berani untuk berpikir dan mengejar pengetahuan untuk keluar dari apa yang disebutnya sebagai self-imposed immaturity“.

Self-mposed immaturity adalah ketidakmampuan seseorang untuk berpikir mandiri tanpa bergantung pada orang lain. Kant berpendapat bahwa kepasifan, kemalasan, dan ketakutan membuat banyak orang terjebak diam dalam kondisi ini, di mana orang-orang tersebut cenderung rela membiarkan orang lain berpikir dan mengambil keputusan untuk mereka. Padahal, pencerahan hanya bisa terjadi jika seseorang berani berpikir di jalannya sendiri.

Lantas, Sapere Aude adalah panggilan bagi setiap orang untuk keluar dari ketidakdewasaan intelektual tersebut. Kant pun percaya bahwa kemajuan peradaban dan sosial hanya mungkin terjadi jika manusia memiliki keberanian untuk berpikir mandiri dan mempertanyakan hal yang selama ini ‘diterima-terima saja’ dan dianggap mutlak. Frasa ini pada akhirnya merupakan simbol akan pentingnya keingintahuan, pemikiran kritis, dan sikap skeptis dalam menerima informasi.

Mengapa Keberanian Berpikir Itu Penting?

<p>
  <img loading=

Sapere Aude dapat dikatakan sebagai konsep sentral di filsafat pencerahan Immanuel Kant. Frasa ini mendorong lebih banyak orang untuk menggunakan akal dan pemahaman mereka sendiri, alih-alih lebih mengandalkan orang lain untuk berpikir bagi mereka. Mengapa hal ini penting?

Mengurangi Ketergantungan pada Orang Lain

Seperti yang kita bahas di bagian sebelumnya, Kant berpendapat bahwa banyak orang yang terjebak dalam ketidakdewasaan intelektual. Hal ini bukan karena mereka ditakdirkan menjadi tidak cerdas, tetapi justru karena mereka terlalu terbiasa untuk bergantung pada orang lain atau hal eksternal seperti agama, politik, dan norma sosial dalam berpikir.

Banyak sekali orang yang takut atau malas untuk berpikir sendiri dan lebih memilih menerima informasi tanpa mempertanyakan konteksnya lebih lanjut. Lantas Kant menekankan bahwa hanya dengan keberanian berpikir mandiri, seseorang bisa keluar dari pola pikir yang pasif ini; and I totally agree.

Keberanian Menggunakan Akal Sendiri

Sapere Aude bukan sesimple mencari pengetahuan baru sebanyak-banyaknya saja tetapi juga keberanian untuk benar-benar menjalankan serta menggunakan akal dalam menilai hal apapun. Dengan berani berpikir kritis, seseorang otomatis akan lebih memahami dunia dan mampu mengambil keputusan yang lebih rasional.

Pencerahan = Kebebasan

Bagi Kant, pencerahan berarti kebebasan dari ketergantungan intelektual (self-imposed immaturity) yang sudah kita bahas tadi. Ketergantungan ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang manusia miliki sejak lahir, namun merupakan sesuatu yang diciptakan sendiri karena banyak yang lebih memilih untuk tidak menggunakan kapasitas mereka untuk berpikir mandiri.

Kebebasan juga berarti otonomi akal’ (autonomy of reason). Ketika seseorang telah tercerahkan dan bebas, maka mereka memiliki segala keberanian untuk mempertanyakan, menganalisis, dan membuat keputusan mereka sendiri berdasarkan akal. Mereka pun akan mampu menantang ide lama, membentuk opini sendiri, dan menjadi individu yang lebih cerdas.

Kritis untuk Kemajuan Bersama

Kant membedakan antara penggunaan akal secara pribadi dan publik. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mungkin diharuskan mengikuti aturan tertentu dalam pekerjaannya. Namun, di ruang publik (layaknya dalam diskusi atau tulisan), seseorang tersebut harus berani menyampaikan ide-ide kritis yang bisa mendorong perubahan sosial. 

Kant menekankan bahwa jika lebih banyak orang yang berani berpikir kritis dan mengungkapkan pendapatnya, maka masyarakat pun bisa berkembang ke arah yang lebih baik  secara keseluruhan. Akan banyak muncul inovasi, perubahan sosial, dan pemerintahan yang lebih rasional jika masyarakatnya terdiri dari individu-individu yang mandiri secara intelektual.

Manifestasi Sapere Aude dalam Kehidupan Sehari-hari

<p>
  <img loading=

Memaknai dan menjalankan prinsip Sapere Aude tentunya akan mendorong seseorang untuk lebih kritis, mandiri, dan terus berkembang. Seruan untuk keberanian intelektual ini, pun, tetap relevan di berbagai era hingga sekarang. Banyak institusi atau lembaga pendidikan yang bahkan terus menggunakan Sapere Aude sebagai semboyan untuk memengaruhi masyarakat modern.

Manifestasi dari Sapere Aude dalam kehidupan nyata bisa kita mulai lihat dari cara seseorang berpikir, mengambil keputusan, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Menghidupi frasa ini akan mendorong seseorang tersebut untuk mempertanyakan asumsi, terus mencari pengetahuan, dan mengejar kebijaksanaan. Berikut beberapa contohnya.

Kritis dalam Menyaring Informasi

Di era digital sekarang, keberanian untuk berpikir mandiri tercermin dalam kebiasaan untuk selalu mengevaluasi informasi secara kritis. Alih-alih menelan informasi yang diterima secara ‘mentah-mentah’ atau memprosesnya secara gegabah, seseorang yang memaknai Sapere Aude akan memeriksa sumber, membandingkan perspektif, dan memahami konteks sebelum bertindak atau membentuk opini.

Budaya Belajar Sepanjang Hayat

Kedua, salah satu manifestasi Sapere Aude yang paling nyata tentunya adalah keinginan untuk terus belajar. Haus akan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan seseorang untuk terus membaca buku atau tulisan berbobot, mengikuti diskusi untuk memperluas wawasan, atau mengeksplorasi keterampilan baru. Contoh satu ini berkaitan erat dengan prinsip yang Filsastra terapkan. 

Berani Mempertanyakan Norma dan Kebiasaan

Dalam kehidupan sosial, seseorang yang memaknai Sapere Aude akan memiliki kemauan tinggi untuk mempertanyakan norma yang sudah ada. Menurutnya, tidak semua kebiasaan atau aturan bisa langsung diterima tanpa dipikirkan ulang atau menjalani proses rasionalisasi. Seseorang yang menerapkan prinsip ini akan lebih berani menilai apakah suatu tradisi/aturan masih relevan atau perlu diperbarui demi kebaikan bersama.

Mandiri dalam Mengambil Keputusan

Alih-alih hanya mengikuti arus atau tunduk pada pendapat mayoritas, seseorang yang menerapkan Sapere Aude akan menggunakan nalar dan pertimbangan pribadinya sendiri dalam mengambil keputusan. Mereka tidak hanya mengikuti aturan atau opini orang lain tanpa berpikir lebih jauh, tetapi mencari pemahaman sendiri tentang suatu masalah.

Aktif Terlibat dalam Diskusi dan Wacana Publik

Ketika seseorang menghidupi makna dari Sapere Aude, ia akan lebih berani menyuarakan pendapat atau pemikirannya baik dalam forum akademik, sosial, maupun digital. Ia juga akan mampu mendengarkan perspektif lain dan terus mengasah pemikirannya melalui dialog yang sehat. Yang saya berusaha lakukan melalui Filsastra juga merupakan salah satu manifestasi dari hal ini.

Filsastra memang dibangun untuk berusaha membawa topik-topik filsafat dan sastra ke dalam pembahasan berbentuk artikel yang lebih aplikatif dan kontekstual. Pendekatan ini diharapkan dapat membantu para pembaca untuk melihat hubungan antara pemikiran kritis atau filosofis dan kehidupan nyata, bukan hanya dalam ranah akademik saja.

Filsastra juga berusaha membuat sebuah ruang bagi kalian (para pembaca) yang ingin menerapkan Sapere Aude dalam kehidupan nyata. Melalui Filsastra, saya selalu berusaha memotivasi orang-orang sekitar untuk lebih berani berpikir sendiri, mempertanyakan, terus haus akan ilmu pengetahuan, dan berani mendiskusikan ide-ide kompleks untuk memahami dunia lebih dalam. 

Jika pemaparan dan pemikiran ini selaras dengan pandanganmu, jangan ragu juga untuk mengeksplorasi lebih banyak pembahasan lagi di laman artikel Filsastra. Kamu bisa menemukan berbagai pembahasan mendalam tentang filsafat, sastra, dan pemikiran kritis yang bisa menambah wawasanmu. Layaknya bagaimana artikel Filsastra selalu ditutup, keep reading, keep thinking, and keep understanding! Sapere Aude! 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *